Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Wansa Jaya Banten (IMIKI), Mengenal lebih dekat Suku Baduy.


Petualangan IMIKI Stikom Wangsa Jaya banten, berawal dengan adanya keinginan untuk mengenal lebih dekat dengan Suku Baduy yang berada di Banten, mereka mengadakan petualangan di Suku Baduy.  Sebagian dari mereka sudah ada yang pernah berkunjung ke Suku Baduy dan sebagian lagi ada yang belum. Oleh karena itu mereka yang belum ingin mengadakan petualangan untuk mengenal seperti apa Suku Baduy itu.
Setelah berunding akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke Suku Baduy baik itu dalam maupun  luar, dan memutusan untuk bermalam di Suku Baduy dalam (Cibeo), salah satu Suku Baduy dalam. Perjalan mereka dimulai di kampus STIKOM WANGSA JAYA BANTEN, dan mengambil rute Pandeglang, dan langsung Ke Rangkas Bitung, karena sebagian dari mereka ada yang berasal dari Pandeglang dan Rangkas Bitung.
Petualang mereka menggunakan motor, hanya butuh biaya membeli bensin dan logistik selama petualangan di rasa cukup. Rute yang di ambil dari ciracas Serang di mulai pukul 07:00 pagi, tiba di pandeglang 08:00 dan sampai Rangkas Bitung Pukul 08:45 mereka mengambil rute Pandeglang_terminal Kadubanen-Warung gunung Rangkas Bitung. Karena mereka harus menunggu salah satu dari mereka (Yudhi) yang ingin berangkat dari warung gunung dan mereka pun menunggunya. Setelah salah satu dari mereka tiba maka mereka melanjutkan perjalanan, melewati terminal Mandala Rangkas Bitung. Karena salah satu dari mereka (Fajri) ingin menitipkan motornya karena tak ingin menggunakan motor, satu motor terasa cukup, untuk itu (Suryana). Salah satu dari mereka menitipkan motor (Fajri) di salah satu rumah saudara (Suryana). Sebagian dari mereka ada yang mengisi bensin di pom yang tak jauh dari pemberhentian mereka di Mandala-Rangkas Bitung. Setelah selesai dan sudah terasa sudah kumpul semua meraka memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan, mereka melewati terminal mandala dan mengambi rute ciboleger Leuwidamar. Membutuhkan perjalan 2jam dari terminal Mandala, karena rute yang dilalui begitu mengkhwatirkan karena jalanya berlubang dan naik turun bukit, bahkan rusak parah. Tapi tak mengurungkan niat mereka, perjalana mereka tak berhenti walau jalanan tak bersahabat. Terlihat danau di sebelah kanana tak jauh masih kawasan Rangkas Bitung. Dan terihat tebing di sepanjang perjalanan, tebing bekas galian pasir yang kini sudah tak berfungsi lagi karena sudah disegel oleh Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) wilayah Kab Lebak, mungkin keberadaanya Ilegal. Perjalanan begitu mengesankan karena sudah terlihat jalan yang naik turun dan terlihat di kanan maupun kiri begitu indah sejauh mata memandang perbukitan-perbukitan, itu tandanya perjalanan tak akan lama lagi sampai. Pandangan tertuju oleh salah satu menara masjid yang dilewati, masjid yang memiliki menara amat tinggi dan menjulang ke atas langit, seakan ingin menopang langit yang begitu tinggi.
Selama perjalanan, (Fajri) mengabadikan perjalanan menggunakan kamera DSLR yang dibawanya. Seakan tak ingin kehilangan moment penting dalam setiap perjalanan, terlihat pula iring-iringan motor Cross dari arah berlawanan. Mungkin motor-motor Cross itu berasal dari Ciboleger tempat tujuan akan mereka tuju. Akhirnya selama perjalanan yang cukup lumayan memakan waktu dan membuat pinggang terasa pegal dan bokong terasa panas, terlihatlah gapura bertuliskan selamat datang di Ciboleger. Dan mereka di sambut selamat datang di Ciboleger, patung dengan Ikon masyarakat 
Suku Baduy.
Dan mereka pun langsung mencari lahan parkir untuk memarkirkan kendaraanya dan sebagian lagi mendaftar di pos pendaftaran tamu, untuk registrasi untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan. Dan sesudah itu langsung mencari tempat peristirahatan sebelum malanjutkan perjalannan menuju Suku Baduy Dalam.
 Tempat peristirahatan yang ak jauh dan bahkan sudah menjadi tempat yang khusus bagi para pengunjung yang ingin berpetualang ke Suku Baduy, perut sudah mulai meraung-raung semenjak perjalanan sudah merasakan kelaparan. Dan tak mau berlama-lama mereka langsung mengambil makanan yang sudah tersedia di etalase warung makan tersebut, menikmati makanan ketika lapar itu memang sangat nikmat walau makan hanya seadanya harganya pun relatif terjangkau, dan tak jarang banyak pengunjung yang selalu singgah di tempat warung nasi tersebut.
Dan setelah makan, (Fajri) ketua rombongan meminta iuran untuk membeli makanan dan minuman (logistik), selama menginap di Suku Baduy Dalam. (Yudhi) pun mencari salah satu Suku Baduy Dalam untuk ijin menginap di rumahnya, hal ini sudah biasa dilakukan jika berkunjung ke V Suku Baduy Dalam maupun Luar. (Agus) salah satu pemuda Suku Baduy Dalam yang masih berusia 18 Tahun yang siap mengantarkan dan memperbolehkan mereka menginap di rumahnya, (Yudhi) pun mencari (Fajri) ketua rombongan untuk membicarakan masalah ini. dan (Fajri) mengiyakan dan akhirnya setelah semua terasa sudah cukup baik itu perlaengkapan logistik dan kondisi badan memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan ke Suku Baduy Dalam. Sebelum itu mereka berdoa dan berifing untuk sekedar pengetahuan tentang apa saja yang tidak boleh dan dilarang dilakukan selama berada di Suku Baduy Dalam, agar selama perjalanan mereka ada di Suku Baduy Dalam tidak terjadi apa-apa.

Gerbang selamat datang di Baduy sudah terlihat itu tandanya petualangan sesungguhnya akan segera dimulai,

               

 (Agus) Suku Baduy Dalam yang memandu mereka yang siap mengantarkan diminta untuk tidak tergesa-gesa karena mereka tidak sanggup jika harus berjalan mengikuti alur (Agus), Kaduketer rute yang dilewati leh mereka karena disitu akan terlihat pemandangan yang begitu mempesona dan lagi ada danau Baduy,
danau yang berada di sebelah kiri, namun sebagian dari mereka sudah mulai kelelahan itu sudah terlihat baru beberapa menit saja sudah kewalahan mungkin karena kurang terbiasa dengan perjalanan seperti ini, terkadang kurang persiapan fisik pun dampak pengaruhnya cukup besar. Terlihat disudut dedaunan ada sebuah rumah milik Suku Baduy Luar, (Agus) “ke urang ngaso di hareup aya imah boga orang baduy luar” nanti kita istirahatdi depan ada rumah milik warga Baduy Luar. Dan mereka langsung bergegas untuk segera beristirahat karena sudah nampak kelelahan di setiap raut wajah satu sama lain. Mungkin sudah terbiasa bagi mereka walau sedang letih sekali pun masih tetap saja menyempatkan selfi, selfi dengan wajah lusuh. Ketika badan sudah merasa lebih baik mereka melanjutkan perjalanan, dan benar beberapa saja perjalan sudah nampak terlihat denangan air berwarna hijau, itulah danau Baduy dan mereka pun menghampiri danau tersebut dan lagi-lagi selfi mengabadikan moment dengan tongkat narsis kali ini agus ikut narsis dengan mereka. Hari mulai gelap riuh angin pun menggetarkan pepohonan (Agus) “hayu buru bisi hujan”  hayu kita melanjutkan perjalanan takut hujan, dan mereka pun melanjutkan perjalanan. Lelah mengerogoti mereka tak main-main petualangan ke Suku Baduy Dalam itu sungguh menguras tenaga namun,  mereka harus melanjutkan perjalanan petualangan masih panjang dan masih harus melewati perbukita-perbukitan. Terlihat rombongan lain yang satu tujuan dengan mereka, entah dari mena asal mereka. Terus dan terus berjalan seakan tak tahu kapan berakhir yang terlihat hanya perbukitan-perbukitan di sepanjang mata memandang, dan terlihat sebuah bangunan bertiang kayu berdiding bilik terbuat dari anyaman bambu dan bertapkan anyaman dari pohon aren. Ternyata itu suku Baduy luar dan di depan sudut terlihat sebuah bangunan
Suku Baduy Luar (leuit, lumbung padi),
 
mereka pun melanjutkan perjalanan hingga tepat didepan terlihat perbatasan antara Suku baduy Dalam dan Luar. Dan mereka pun menonaktifkan semua alat komunikasi dan camera pun tak di perkenankan.

Terus dan terus.. perjalan masih belum berakhir persediaan air mulai menipis melewati aliran air dan bukit bebatuan, tak membuat mereka menyerah, dan baju yang digunakan basah terguyur hujan secara tiba-tiba dan mereka pun beristirahat untuk meneduh,,begitu dan terus begitu hingga tiba di pemukiman Suku baduy Dalam, tak terasa waktu menjelang sore, riuh hujan pun tak kunjung berhenti terusa saja mengiringi perjalanan hingga tiba di Suku baduy Dalam, banyaknya pohon durian seandaianya saja bisa dipetik mungkin sudah dipetik. Tak beberapa lama kemudian nampak terlihat jembatan penghubung ke kampung Suku baduy Dalam, itu bertanda bahwa mereka telah sampai. Mereka bergegas mengikuti (Agus) karena mereka harus bermukim di rumah (Agus).

(Suasana Suku baduy Dalam)
“Mereka menikmati pemandangan alam dan keadaan yang ada di Suku baduy Dalam, hingga larut malam Makan, Minum Dan tak lupa sholat. Sambil bercengkrama dengan kakak dari (agus) Suku baduy Dalam, hingga larut malam sampai mata terpejam, dan memutuskan untuk tidur, suasana sunyi dengan udara yang begitu dingin mencekam, seakan kulit dan tulang menciut kedinginan, hidung terasa tersumbat bahkan nafas pun menggunakan mulut karena dinginnya, faktor cuaca yang membedakan. Hinnga subuh pun tiba mereka bergegas sholat walau dingin mencekram suasana pagi yang begitu beda dengan kebiasaan, udara masih asri pepohonan yang begitu tinggi dan besar, riuh suara aliran sungai mereka amat menikmatinya. Setelah mandi langsung sarapan  sambil menikmati suasana Suku baduy Dalam. Hari mulai beranjak siang mereka pun bergegegas merapihkan barang bawaan karena mereka harus turun pulang dan memeriksa dikhawatirkan ada yang tertinggal. Dan tak lupa sebelum pulang berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada keluarhga (Agus) dan keluarganya Suku baduy Dalam yang telah menerima dan meleyani sepenh hati”
(Turun Pulang)
“Sebelum pulang mereka berdoa agar selama perjalanan turun tidak terjadi hambatan dan masalah apapun, aamiin..”
Selema perjalanan pulang mereka lagi-lag disuguhkan dengan pemandangan yang begitu menawan pemandangan yang tak kalah dengan perjalan yang datang, walau rute yang dilewati tak sama dengan yang kemarin . rute kali ini melewati Gajebo, berlawanan arah dengan yang kemarin, namun mereka menikmati perjalanan sambil selfie,




Selama mereka tak berada di kawasan Suku Baduy Dalam, dan berada di perbatasan Suku Baduy Luar, mereka diperbolehkan berpoto dan mengaktifkan
Semua barang elektronik yang mereka bawa dan mereka langsung berpoto dan mengabadikan pemandangan sekitar dengan (Agus)
Sambil menikamati alam sambil berpoto ria seakan perjalanan yang jauh terasa singkat,
“Tak akan ada perjalanan tanpa kesan,, tanpa ada kesan tanpa perjalanan. Nikmatilah setiap perjalanan bersama sahabat terbaik kalian”
Sampai jumpa di tempat yang lebih keren lainnya





The End





 









 















Sekilas Tentang Suku baduy
Baduy  merupakan salah satu suku yang berada di negara Indonesia yang terletak di Provinsi Banten Kab. Lebak Kec leuwidamar. Keberadaanya yang cukup lama namun belum pasti sejak kapan.  Banyak pendapat tentang asal usul kebaradaanya. Setelah di telusuri ada dua pendapat tentang asal usul keberadaanya , yang pertama dari warga Serang  “baduy sudah ada sejak zaman dahulu, keberdaanya sudah cukup lama, dahulu baduy menetap di daerah Serang sewaktu Zaman kerajaan Sultan Maulana Hasanudin. Namun kini pindah ke pedalaman di kawasan Lebak, menurut cerita Suku Baduy Pindah lantaran tidak mau mengikuti ajaran agama yang di ajarkan oleh Sultan Maulana Hasanudin yaitu agama Islam. Suku Baduy Bersihkeras tak Ingin mengikuti dan menganut ajaran yang diajarkan oleh Sultan, oleh karenanya Baduy memilih pindah ke pedalaman yang berada di daerah Lebak” ungkap warga serang. dan kami pun mendengar cerita yang sama dari warga Banten lainnya seperti Cilegon, Pandeglang, Lebak  dan Tangerang.
Akan tetapi tidak menurut Suku Baduy itu sendiri mereka mengangap keberadaanya sudah ada sejak zaman Nabi Adam AS. Diturunkan ke Bumi, menurut Suku Baduy “ urang ges aya semenjak zaman Nabi Adam AS. Nabi Adam AS di turunkeuna ka dieu ka Baduy, aran Baduy eta nyokotna ti salah sahi Gunung eta aya gunung arana Gunung Baduy, Nabi Adam eta aya 4 hiji ti Baduy dua ti Mentawai tilu Dayak (yang ke 4 tidak di sebutkan)” ungkap Suku Baduy,
Siapa dan menurut siapa yang pasti Suku Baduy kini berada di Daerah perbukitan di daerah Lebak, banten. Suku Baduy ada Dua bagian Suku Baduy dalam dan luar. Suku Baduy dalam ada 3 bagian Tertua atau yang pertama CIKEUSIK,  Kedua CIKERTAWANA,  dan Ketiga CIBEO. Ada perbedaan antara Suku Baduy dalam dan luar itu terlihat bukan keberadaanya saja bahakan dari segi pakaian, rumah, leuit(lumbung padi), dan adat kepercayaanya. Menurut penuturan Suku Baduy dalam, “Suku Baduy luar itu ada karena mereka berasal dari Suku baduy dalam yang diasingkan dan di buang ke luar tidak boleh berada lagi di Baduy dalam, karena mereka sudah melakukan kesalahan menentang adat”. Dari segi pakaian Suku Baduy dalam menggunakan ikat kepala berwarna putih dan pakaian putih dan ada juga hitam namun tidak di jahit, dan menggunakan kain sejenis rok berwarna abu-abu bergaris-garis hitam dan tidak menggunakan alas kaki. Dari segi rumah Suku Baduy dalam berumah panggung dan tidak menggunakan paku melainkan dipasak (kayu yang dilubangi dan dimasukan kayu untuk membuat siku-siku bangunan dan diikat dengan rotan). Namun berbeda dengan Suku Baduy luar, pakaian mereka menggunakan ikat biru bermotif kembang berwarna hitam sejenis batik namun sering disebut lomar, menggunakan pakaian hitam namun dijahit, menggunakan celana hitam, dan sering menggunakan alas kaki, dari rumah hampir sama dengan Suku Baduy dalam namun bedanya dari segi pembuatan mereka sudah menggunakan alat penguat (paku).  Leuit mereka pun berbeda jika. Suku Baduy dalam dibuat lingkaran di persambungan antara kaki dan bagian badan leuit itu berfungsi agar tikus tidak mudah masuk. Suku Baduy luar tidak dibuat lingkaran, mereka biasa saja.
Dari segi pernikahan antara Suku Baduy dalam dan luar hampir sama, mereka ditunanangkan sejak kecil masih dilingkungan suku baduy dalam atau suku baduy luar. Tidak boleh antara Suku Baduy dalam dan luar menjadi pasangan, jik itu terjadi maka mereka harus pindah ke Suku Baduy luar, karena Suku Baduy tidak memperkenankan ada Suku Baduy luar yang tinggal di Suku Baduy dalam, namun beda dengan Suku Baduy luar memperkenankan dari Suku Baduy dalam yang menjadi salah satu mempelai dan tinggal di Suku Baduy luar.  mereka menggunakan 3 sistem dalam pernikahannya pertama bertunangan selama setahun, dan di teruskan hingga tiga tahun jika sesuai makan mereka dinikahkan, selama masa tunangan sang calon mempelai pria harus membantu keluarga mempelai wanita baik itu dari mencari kayu bakar, bercocok tanam dan menggambil air keperluan memasak.  selama dinikahkan mereka berdiam diri di rumah anta pasangan mempelai duduk berdua di rumah hanya orang tua kedua mempelai yang mengadakannya itu dilakukan oleh Puun (kepala suku), dengan seserahan dan masakan yang telah dipersiapkan. Setelah di anggap sah maka mereka resmi menjadi pasangan suami isteri,
Dari segi bulan mereka berbeda dengan kita pada umumnya walau sama-sama 12 bulan, namun berbeda penanggalan dan nama bulan, dan setiap tahun mereka mengadakan SEBA BADUY Ke pemerintahan PROVINSI BANTEN. Merek menyetorkan hasil bumi mereka seperti sayuran, buah-buahan. Di Suku Baduy baik itu dalam dan luar mereka berpuasa dinamakan puasa kawalu selama 3bulan, dan selama 3 bulan tidak boleh menerima tamu kecuali tamu suku, pemerintahan, tokoh adat, dan tamu penelitian. Selama puasa kawalu 3 bulan bukan sepenuhnya 3 bulan melankan 1 bulan satu kali puasa jadi jika 3 bulan berarti 3 hari, diambil 1 bulan 1hari.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKAM PRABU KIAN SANTANG/SUNAN ROHMAT SUCI

pesona Mt. Guntur 2249 Mdpl

CIHUNJURAN SALAKANAGARA DAN SITUS BATU GOONG BANTEN