pesona Mt. Guntur 2249 Mdpl

Mt. GUNTUR
                         2249 Mdpl



Sekilas tentang mu Guntur
Gunung Guntur merupakan salah satu deretan gunung yang berada di Kab. Garut Jawa Barat, yang memiliki ketinggian 2249 Mdpl. Guntur merupakn Gunung merapi yang aktiv, itu terlihat banyaknya asap-asap dan sisa-sisa letusan beberapa tahun silam
Gunung Guntur itu terlihat sepanjang jalan bila berada di Garut, gunung terlihat mungil namun kokoh,
Gunung yang memiliki pesona yang tak kalah dengan Gunung lain di Garut ini, menarik hati para pendaki local maupun mancanegara, walau terlihat mungil namun memiliki tantangan tersendiri, dan derertan air terjun Citiis yang begitu jernih yang mempu melepas dahaga para pendaki. dan juga memliki tanjakan yang begitu aduhai berbatu besar yang membuat para pendaki harus extra hati-hati agar tak salah langkah untuk menghindari yang tak diinginkan.
 Guntur memiliki sebutan atau nama tersendiri yaitu Semerunya Jawabarat. Sebutan itu tidak salah mememang walau ketinggiannya tak sama dengan Semeru yang asli tapi memiliki ciri-ciri yang hampir sama yaitu, medan pendakian yang pasir berbatu dan menanjak hingga kemiringan bebrapa derajat yang begitu menguras tenaga hingga kebulan asap kabut yang terkadang menutupi pandangan, namun itu sebanding jika kita sampai di puncak Gunung Guntur, gunung yang memiliki  asap kabut yang terkadang menutupi pandangan, gunung yang memiliki 4puncak, namun menurut Abah (pemilik BaseCamp) “puncak pas gunung Guntur itu hanya sampai Puncak 3, yang ke 4 bukan termasuk Gunung Guntur”ungkapnya.
Kadang banyak yang menyangka puncak Guntur hingga puncak 4, akan teteapi titik GPS, Gunung Guntur itu berada di Puncak 2, itu kembali ke diri kita mana yang sebenarnya titik puncak pas gunung Guntur. Untuk menempuh ke Puncak 1,2,3 atau pun 4, kita harus berhati-hati karena Guntur meiliki tingkat kemiringan yang tak sembarangan dan medan yang berpasir dan berbatu membuat pendaki terengah-engah untuk sampai puncak. Selama pendakian mata kita disuguhkan dengan keindahan yang dimiliki Gunung Guntur terutama kita bisa melihat kota garut dari ketinggian, dengan suhu udara yang begitu sejuk dan kawanan awan yang berlalu lalang, menemani para pendaki hingga sampai puncak yang kita pilih.
Setelah sampai puncak yang mana pun kita bisa menikmati sambil bersyukur telah sampai puncak Guntur dan melikihat pesona yang disuguhkan untuk para pendaki,



Ada kisah dibalik mengenlamu Guntur
Setiap kehidupan atau  perjalanan ada kisah tersediri, begitu juga dengan kami yang nekat untuk mengenal lebih dekat seperti apa  Gunung Guntur, apa yang disuguhkan dan apa yang dapatkan bila kita mendekatinya.
Kami para petualang yang nekat berangkat dari rumah yang minim pengetahuan bahkan dari kami pun belum pernah sebelumnya datang ke Gunung Guntur, hanya saja kami pernah ke Garut ke Gunung_ Gunung yang ada di Garut seperti Papandayan dan Cikuray, namun Guntur Kami pun baru ingin mencobanya.
Ini sebagian wacana yang segera kami realisasikan, kami pun kumpul setelah jam 7 ba’da isya namun dari kami (Ipul) sudah menunggu di kostan dhani (salah satu dari kami), dari sore sekitar pukul 16;00 karena jarak rumah hingga titik kumpul jauh mengharuskan Ipul berangkat lebih awal. Dan saya (yudhi) berangkat dari rumah selepas magrib menuju kostan dhani. Sudah perkiraan pasti jadwal keberangkatan meleset karena harus ini dan itu yang paling parah menyita waktu masalah Cooking Set yang menungu orang berjam-jam dan kami hampir putus asa karean waktu sudah jam 10 malam,  mau tak mau kami berangkat tanpa CookingSet, Alhamdulillah dengan segala doa-doa ditengah perjalan kami berpapasan dengan orang yang kami tunggu, dhani pun segera mengabil dan kami menunggu di jalan raya sambil menanti bus.
Waktu ohh..waktu kau tak jeda sedetik pun kami pun hamper kemalam menunggu bus alhasil kami ngangkot menuju Bitung mencari Bus tujuan kali deres.  
Lagi-lagi perkiraan meleset dari rencana awal, sebelumnya kami berencana berangkat menuju kali deres turun di pasar induk Tangerang menaiki truk sayuran menuju Garut untuk menghemat biaya (ceritanya BAckpakeran gitu), dan itu pun gagal, kami menunggu bus tak kunjung ada kami pun terpaksa mencari bus di tol Bitung, dan tak lama ada bus berhenti menawarkan ke pulogadung, sedangkan kami ingin ke kali deres larutnya malam membuat kami pun menaiki bus sedangkan hati ingin ke kali deres atau ke Kp Rambutan, kami menaiki bus ke pulogadung yang kami tak yakin tapi dhani dengan kekehnya “pasti ada ko bus ke Garut” ujar dhani,
Dan lagi-lagi perkiraan meleset, kami pun diturun kan di jalan yang kami tak tau arah dan tak tau ini daerah mana. Banyak pelang dan rambu-rambu jalan mengarah ke Koja dan tepat pukul 12 malam, kami di turunkan di daerah Semper di Kolong Tol. Membuat geram karena malam semakin latur  bukan hanya itu saja membuat kami kesal banyaknya ojek berlalu lalang mendekati menawarkan mau kemana seakan siap tuk melayani kami dengan nada kesal kami pun menjawab bapak kami mau ke Garut, “Bapak mau antar kami”
Kami pun semakin bingung, dhani menggumam “tenang aja nanti sampai ke Garut”
Bukan masalah sampainya tapi waktu sampainya mau jam berapa itu yang kami khawtirkan, menunggu bus tak kunjung datang melihat ojek berlalu lalang membuat hati harus ekstra sabar, semakin terkejut pada saat ipul melihat Google Map, kita berada di JakUt, sedangkan mau ke Kp Rambutan tak tau menaiki bus yang mana,
Kami pun berjalana kedepan bertemu bapak-bapak yang duduk dimotor Sambil bertanya “pak kalau bus tujuan Garut arahnya kemana” Tanya ipul.
“kalau disini tidak ada, sebaiknya naik omperangan aja turun di UKI ongkos 10 Rb, turus lanjut ke pasar Rebo, nah disitu banyak bus jurusan Garut” Jawab bapak,
“Tadi aja kalau kalian kesini, ga duduk di sana di bawah tol, kebetulan mobilnya lewat, kalian tunggu saja nanti juga ada” tambah bapak
Sambil menunggu mobil omperangan datang kami berbincang-bincang, sekali lagi waktu tak pernah mengingkari kewajibannya bergulir dengan sendirinya, malam yang larus dengan udara dingin kami berada di jalan yang begitu luar biasa lebar dan mobil-mobil yang ekstra besar-besar, seakan kumpulan mobil transpormer yang siap berubah,
Satu jam kemudian datang lah bus yang setia kami nantikan, dengan segera kami memasukan tas keril yang begitu berat, dan kemi berpamitan dengan bapak-bapak yang tak kami kenal tapi baik budi, “terimakasih pak, kami berangkat” ujar ipul.
Kami sudah setengah bingung mau kemana, Alhamdulillah ada juga orang baik, tanpa sadar kami sampai ke UKI, dan langsung turun menaiki angor ke pasar Rebo dengan ongkos 5 Rb, kami sampai, dan langsung mencari bus jurusan Garut. Melihat waktu yang seakan mengejar kami, mendorong kami tuk segera sampai ke Garut, dan kami langsung naik bus jurusan garut barang-barang kami langsung dimasukan ke bagasi yang ada di samping bus, bus yang ngetem menarik para penyanyi jalanan berdendang memetik gitar mencoba para penumpang dan berharap imbalan, dengan dua wanita penyanyi jalanan ini seakan tak mau berhenti menghibur kami dan para penumpang dengan nada dan lirik yang entah kemana.
Dan waktu pemberangkatan pun akan tiba, “tepat pukul 02 pagi bus berangkat” ujar kendektur.  “tapi kami tak mau ingin segera sampai” ujar yudhi.
Sebelum berangkat ke toilet dulu agar tak  menganggu perjalanan, kebiasaan mungkin. Kami berharap tiba sampai Garut sebelum subuh. Agar kami bisa menghirup udara subuh di sana.
Bus berangkat kami tidur,  mempercayakan kepada sopir tuk mengantarkan kami tiba di Garut. Kendektur pun membangunkan kami tuk meminta uang sewa 50rb/orang. Kami pun melanjutkan tidur namun tak begitu nyanyak krena perjalanan yang begitu aduhai,,Garut memiliki jalan yang berliku-liku ga kalah dengan jalan puncak, seisi perut seakan ingin dikeluarkan. Namun kamui cukup menikmatinya hingga aku pun melhat Pom bensin Tanjung Raya. Pom yang biasa menjadi pemberhentian dan sekaligus jalur mendaki  menuju BaseCamp Gunung Guntur. Kami pun bergegas turun dan membangunkan kawan dan mengambil barang bawaan hingga menuju pom untuk beristirahat dan Sholat Subuh di Musolah pom Tanjung Raya, Alhamdulillah kami tiba dengan tepat waktu, kami pun sudah ditunggu    mobil pengankut yang khusus para pendaki Gunung Guntur yang siap mangantarkan kami BaseCamp, selesai sholat kami pun bernegosiasi menyesuaikan ongkos, (mengurangi pengeluaran), akhirnya kami sepakat untuk menaiki dengan ongkos 15/0rang, kami bergabung dengan pendaki asal Bekasi.
Sambil menikmati perjalanan. Hingga BaseCamp, rumah abah yang kami temui  pada saat negosiasi. Kami beristirahan sambil sarapan pagi agar pada saat mendaki tidak lemas dan tidak kelaparan, sambil mengobrol dengan abah pemilik BaseCamp, menerangkan bagaimana dan seperti apa Gunung Guntur, hal-hal apa saja yang boleh dan yang tidak boleh saat kami pendakian.
“Di Guntur ada sejarah tentang keberadaan WaliAllah Mbah Eyang Wira Suta, beliau penyebar agama Islam pada zaman Padjadjaran, beliau merupakan salah satu teman Raden Kian Santang, makam beliu berada di balik puncak 4”, tegas Abah.
Lanjut Abah. “pada saat pendakian dan jika sudah sampai, harus mengucap salam karena untuk menghormati, kalian kan hanya bertamu, jangan berbuat senono, membuang sampah apalagi berkata tidak sopan. Karena seperti yang sudah-sudah banyak yang kerasukan”
Kami menuruti dan mengiyahkan, memang kami menyakini setiap gunung selalu ada sejarahnya tersendiri, tak menutup kemungkinan jika para pendaki banyak yang tersasar dan kerasukan dan bahkan ada yang meninggal, itu bukan hal-hal gaib saja karena kita para pendaki kurang mewaspadi dan mawasdiri,
“Gunung bukan tempat sampah”
“jangan meninggalkan apapun selain jejak”
Jangan mengambil apapun selain gambar”
“Jangan membakar apapun selain membakar semangat”
Sering kali sebagian para pendaki melupakan hal itu,
Kami melanjutkan perjalanan memulai pendakian, harus daftar terlebih dahulu sebelum pendakian, untuk pengamanan jika ada suatu hal-hal yang tidak diinginkan, sebagian dari kami mendaftarkan diri dengan tiket masuk 15,000/orang, distample dan jika sudah sampai ke pos3 kami serahkan untuk distample ulang, sebagai tanda bahwa kami bukan pendaki Ilegal.
Berdoa terlebih dahulu sebelum pendakian, hal yang wajib untuk kami sebagai umat Muslim, baru mulai pendakian kami disuguhkan dengan banyaknya Rute/jalur membingungkan kami yanvg belum pernah mendaki sebelumnya, cap…cip..cup saja, alhasil kami pun berulangkali salah jalur, dan berualngkali pula kami bertanya, hahaha,,hanya mengandalkann insting dari hati dan akibat melihat pendaki lain, pendaki asal bekasi yang tadi bareng kami, mereka yang salah malah kita mengikuti dan alhasil kami pun mengikuti,,terus,,dan terus mengalami kesalahan, kami pun berdiam dan berdoa untuk kelancaran. Dikhawatirka kami tak diizinkan untuk melanjutkan Pendakian, namun kami terus mendaki sekali lagi menyanyakan kemana rute yang sebenarnya, terlihat puncak Guntur dari kejauhan yang mungil nan gagah, belum apa-apa kami sudah disambut, mampukah kami menaklukinya. Terlihat dari kejauhan kibaran bendera kebangsaan kami bendera Merah Putih. Itu titik pos3, dimana para pendaki membuat tenda, sebagai perkemahan.
Dan Alhamdulillah kami menemukan jalur yang sebenarnya dan bertemu dengan pendaki asal bekasi itu, hahaha..
Kali ini kami benar dan banyaknya para pendaki dan sering terlihatnya petunjuk-pet juk untuk mempermudah para pendaki, kami bertemu dengan pendaki “PASKA” asal depok yang berkerja sama dengan menteri perhutanan dengan misi penanaman 1000 pohon. Kami pun ditanya perihal bagaimana dengan pendakian, asal dari mana dan kenapa tidak membawa pohon. “Kami pun menjawab kami dari Tangerang, pendakian Guntur begitu hebat, tak salah dijuluki Semerunya Jawabarat. Maaf kami tak membwa pohon dan kami tak dibekali pohon pada sat di bawah (basecamp)”.
Jalur Guntur yang berbatu berpasir, bagaikan menginjak tumpukan batu seplit, namun semua terasa indah, di tengah perjalanan kami disuguhkan dengan derasnya air terjuan (Citiis), dengan debit air yang tinggi nan jernih, kami pun tak mau melewatkan langsung meminumnya, karena kami yakin air ini langsung dari gunung tak seperti kota asal kami yang sudah tercampur dan tercemar, yang harus dimasak dulu sebelum diminum,
Dan hal yang paling mengesankan kami dihadapkan dengan jalur pendakian yang begitu aduhai yang harus berhati-hati karena jalur yang begitu terjal bukan kemiringan lagi namun tegak dengan batu-bet besar, seakan-akan kami bukan mendaki namun climbing, dengan careel yang begitu berat dan mendaki yang begitu wah,, membuat tenaga kami terkuras, ditengah perjalanan kami bertemu pendaki lain asal Bekasi. Yang ini bukan pendaki yang tersasar pas mulai pendaki..hahaha (keingetan). Di sisi lain terlihat jurang, jika salah-salah kita terjerumus, tetap saja exis mengabadikan jalan (saying bila dilewati)
Terlihat dari kejauhan, sang saka merah putih yang begitu gagah, menandakan pendakian k epos 3 sedikit lagi sampai.  Riuhnya angina dengan pepohonan yang rindang selalu setia menemani pendakian kami, sudah terlihat tenda-tenda dan menambah keyakinan kami bahwa telah samapi ke pos 3. Dana kami pun lansung mendaftarkan diri dengan tiket masuk yang di BackCamp pertama untuk di registrasi ulang.
Kami sesegera mencari tempat yang strategis untuk membangun tenda agar segera beristirahat, setalah mencari akhirnya kami pun mendapatkan yang begitu strategis dan nyaman dan tak aka nada yang menggangu karena tempatnya yang terpisah yang hanya cukup satu tenda,. Tenda selesai dibangun dan kami pun segera membuat makanan . (maklum udah laper).
Istirahat,,sholat,,makan dan tidur siang…menikmati udara di Gunung Guntur, yang hebatnya di Guntur Sinyal Kuat walau itu memakai propider yang terkenal kekurangan sinyal sekali pun, alhasil kami pun selalu update,,,membuat teman-teman  di Medsos tidak percaya kalau kami berada di atas ketinggian Gunung Guntur. Sore pun tiba udara yang sejuk dengan kumpulan awan begitu mempeso, dan kami melihat kota Garut byang begitu menakjubkan, hamparan kota di kelilingi gunung-gunung, tak mau kehilangan moment, kami pun mengabadikanya, berbagai pose, angel hingga menulis nama dikertas yang sudah dipersiapkan sebelumnya (niat bawa dari rumah). Serasa hidup diatas awan, itu yang kami alami saat itu. Senja pun tiba kami segera balik ke tenda dan mandi-mandi, menikmati air Guntur yang begitu jernih, saking jernihnya kami tak segan-segan meminumnya, sambil membawa piring-piring kotor sehabis makan tadi dan membawa persediaan air untuk membuat makan malam dan ngopi (padahal mau ngopi ga garus digunung aja), namun udah terbiasa ngopi dimana-mana pasti ngopi. Tak terasa waktu terus saja berjalan seakan setia dengan alam, untuk menggantikan siang menjadi malam,.
Persedia makan masih banyak dan kami membuat makan lagi, untuk nanti malam, dan dan kami melihat gemerlap malam diatas ketinggian terlihat kerlap-kerlip lampu kota Garut, kota Intan ini memang mempesona, kilauan cahaya membuat para pendaki menikmatinya, sambil menyeruput kopi hangat, tak segan-segan dengan kompornya kami bawa, udara yang begitu dingin menusuk-nusuk, terlihat banyaknya pendaki yang meneriakan suara-suara untuk meramaikan suasana,
Udara yang semakin dingin, seakan-akan mengusir kami untuk segera bali ke tenda, kami pun mengiyakannya, segera balik ketenda dan tidur, persiapan besok untuk melihat paginya garut,
begitu hanyatnya, membuat kami lelap tidur, biasanya di gunung-gunung sebelumnya terasa kedinginan, namun kali ini terasa hangat.
Pagi Garut, pagi semua, kami segera sholat shubuh dan setelah shubuh kami segera pergi ke melihat paginya Garut, kami segera naik menuju puncak Gunung Guntur, dengan membawa bendera kebesaran Bangsa Indonesia, sampai-sampai lupa bawa air minum, alhasil kami kehausan, enaknya mendaki selalu menemukan pendaki lain. Ehhh ketemu pendaki yang awal pendakian anak (Bekasi itu lagi), naik terus naik terus terus, hingga kami kehausan, semakin tinggi semakin indah dengan kumpulan awan, kami pun tak mau ketinggalan moment (foto lagi), hingga kami sampai puncak, tak disangka ada puncak lagi, kami pun menaiki puncak lagi, haus pun semakin melanda, alhamdulillah  ada pendaki lain yang memberi kami minum, kami terpaksa meminta minum, (sesama pendaki), jalur yang begitu menantang, berbatu dan berpasir, dan kami menikmatinya, terlihat gunung Cikuray yang gagah, dan kawanan awan yang setia menyelimutinya, kami pun merasa bersyukur bisa melihatnya, Dani, di antara kami yang begitu ambisi untuk segera sampai puncak dua, aku dan ipul cukup pelan saja menikati pemandangan sambil berfoto, (saying bila diabaikan), hingga kami sampai di pos 2 dimana banyak pendaki lain yang sudah sampai, tapi tak semua menginginkan ke puncak 2, terlihat batu in memoriam, kami berpikir batu mengenang pendaki lain, dan kami segera berpoto bareng, lagi-lagi bendera yang kami bawa banyak yang meminjam, kami foto bareng dengan pendaki lain, dan kami bertemu lagi dengan pendaki lain asal bekasi (pendaki yang bertemu di tanjakan waw), kami pun meminta persediaan air minumnya, karena kami tak membawa air minum sebelumnya, terlihat tugu GPS, Gunung Gunutur Vulcanologi, kami pun segera mengabadikanya, banyaknya pesanan nama yang ingin di abadkan (padahal orangnya ga ikut), satu persatu lah ditulis, kami pun mengabadikannya, dan terlihat ada puncak lain, dani yng begitu ambisi, untuk segera ke puncak selanjutnya, “ya kami istirahat dulu lah” kata ipul.
“Sebagian dari kami udah ke sana, paling 5 menit, kalau saya cukup disini saja, ini juga cukup,tugunya disini. ” ujar abang2 anak bekasi itu.
Namun dani kekeh ingin segera kesana, aku dan ipul menyusulnya, kami perlahan saja, hingga tiba pada akhirnya, setelah tiba di puncak 3 kami cukup menikmatinya, lagi-lagi dani dengan ambisinya, ingin ke puncak lain yang katanya puncak 4, kami kali ini tidak meniyakanya, kali ini dani mengajak bapak-bapak yang pergi ke puncak yang katanya puncak4, aku dan ipul cukup menikamiti udara yang begitu sejuk dengan tebaran awan disekujur tubuh, terlihat gadis dengan cubluk, yang diam, aku pun menanyakan asalnya dari mana “mba asalnya dari mana ?”, tiba-tiba saja mba itu menghampiri dan menangis tersedu-sedu, aku yang bingung dan ipu yng tidur pun terbagun, “maafkan saya, saya salah, saya terlalu egois, terlalu ambisi, terlalu mengejar materi, terlalu memilah-milih, dengan semua unek-uneknya dikeluarkan,”, membuat aku semakin bingung ,
Lanjut mba, “aku yang melihat otak kiri otak kanan, kadamh aku bingng harus memilih siapa dan yang mana otak kiri atau otak kanan,”
Aku pun bertanya perihal apa yang dia maksud sedangkan namnya saja aku tidak tau, jangankan nama kenal aja tidak jangankan kenal ngelihat aja  baru kali ini,
“Tia namnya gadis asal bekasi, yang idealis, sok merasa benar dan selalu melihat materi dan ambisi,”
Aku pun menyeramahinya dan memberikan penjelasan arti sebuah pendakian, yang tidk semua orang suka mendaki, dan apa makna mendaki, jangan hanya obsesi sampai puncak saja tapi lihat dengan siapa kita kesini,  ipul hanya melihat dan datang lah akang-akang yang menghampiri dan menawari kopi, ipul pun segera mengahmpiri, sedangkan aku masih sibuk menyeramahi, dengan suara gemuruh, aku pun menyuruh dani untuk balik dan turun, melihat cuaca yang sudah tak lagi bersahabat, mendung pun mulai terlihat.
kami pun turun sesegera mungkin, meningglkan jejak yang tak terlupakan, mba Tia pun ikut turun dengan kami, karena tak tau dimana temannya, padahal dia sudah diajak pendaki lain yang katanya anak bekasi (lagi-lagi anak bekasi), untuk turun, tapi ingin bersama kami, semua turun dengan perlahan karena jalunya yang begitu berbatu dan berpasir, sambil bercengkrama dengan bapak-bapak biker sepeda, “saya pernah kesini dengan membawa sepeda, pas nanjak sepeda saya pikul hingga sampai puncak” kata bapak,
lanjut bapak, “waktu itu banyak yang menanyakan bagaimana caranya dan sepeda bapak di poto-potoin”
mba Tia terlihat kesakitan, karena medannya berbatu berpasir menggunakan sandal yang tak sesuai dengan medan, alhasil terengah-enggah, hingga puncak 1,  tukar sandal dengan akang Rizki (yang tadi menawari ipul kopi), ya tatap saja, lelah tergulai, Tia malah semakin tak karuan, bagai Zombie, sandal yang di pinjamkan akang Rizki kegedean, akang Rizki merasa kesulitan karena saldal Tia yang kekecilan,  apa boleh buat, sepatu yang aku kenakan di pinjam Tia, aku yang sekarang kesusahan, tapi taka pa agar segera sampai tenda, karena sebagian dari kami sudah sampai terlebih dahulu, dan terlihat tenda-tenda dari kejauhan, itu tanda bahwa kami segera sampai, Tia yang terengah-engah walau sudah memakai sepatu pun masih saja kesuitan, sekali melangkah jatuh, begitu seterusnya, hingga sampai terlihat temannya teriak, teriak memangil nama TIA,,,TIA,,
lagi lagi malah memilih yang mana “aku milih yang mana ya,,” kata Tia
“baru saja aku kasih saran malah ga dipake kan” kata aku,
“bukannya gitu, aku memilih yang lebih waw, aja yang memanggilku, yang smabutanhya lebih”lanjut tia
“itu semua teman kamu, itu semua peduli sama kamu, tapi dengan cara yang berbeda-beda” kata aku lagi,
Dan Tia pun berjalan di tengah-tengah temannya,
Dan temannya menghampiri sambil mengucapkan terima kasih, “aku hanya bertemu di puncak dengan seorang gadis yang sedang kebingungan” ungkap aku,
“Sadari atau tidak disetiap petualangan pasti ada yang berkesan, dan setiap hidup butuh teman untuk mendukung perjuangan”

Seakan-akan memiliki tugas yang diemban, dan terasa tugas  sudah terasa tugas sudah terselesaikan, aku diajak ngopi dan berbincang-bincang di tenda rizki, dan dihampiri teman tia, ahh begitu terasa keakraban dianta kami, aku pun tak lama harus pergi ke tenda dikahawatirkan teman-temanku pun khawatir, dan aku setiba di tenda sudah dipersiapkan makan, dan setelah makan langsung mandi dan sholat untuk bergegas pulang, ahh ternyata Mt. Guntur masih kangen hingga turun lah hujan yang begitu deras kami pun tertahan didalam tenda kami khawtir hujan tak kunjung berhenti, berdoa saja hingga hujan reda.  Dua jam menunggu hujan reda, dan pada akhirya kami memaksakan untuk bergegas membuka  tenda dan packing pulang, jika tidak kita sampai sore dan pulang larut.
Sepanjang jalan turun diguyur hujan,
Sampai lah kebawah kami bertemu teman-teman TIA, dan pendaki lain yang bertemu sebelumnya, seakan pendakian di Gunutur ini hanya kami saja yang bertemu itu lagi-itu lagi padahal banyak, hahaha,, dan sampai lah dibascamp dan kami langsung makan (efeck lapar), setelah makan pulang setelah magrib kami pulang dan lagi-lagi bareng sama anak bekasi yang bertemu di awal, berangkat sampai pulang, dan hngga keterminal, dan di bus pun bareng lagi,,hahahaha,, tapi kali ini dengan tujuan berbeda,,
Menunggu bus hingga penuh kami bersantai sejenak di terminal Garut, aku oun mencari makanana grengan yang didapati hanya kue pancong yang aneh, kuepancong di kasih saos, yang tak lajim di temukan di Tangerang,
Mobil pun berangkat dan aku pun tidur,, di sela-sela tidur, dani bergumam “ada salam dari gunung tadi, nuhun sudah berlaku baik dan tidak mengotori” ungkap dani,
Aku dan ipul pun merasa itu yang berbicara bukan dani melainkan Mbah eyang Wira Suta, waliallah teman dari raden kian santang yang dimakamkan di masigit puncak 4.
Namun dani tak percaya, karena dia kurang mempercayai hal itu.
Selebihnya tidur aja dibus sampai kp Rambutan dan menungu bus arah Balaraja, dasar dani keras kepala, dikasih penjelasan tetap saja ingin naik primajasa, aku mah apa aja yang penting sampai, alhasil yang harusmya sampai malah memakan waktu hanya menungggu bus yang ga jelas, pada akhirnya naik bus primajasa namun tetap saja turun di tol bitung,,ahhh kalau gitu dari tadi aja, keras kepala, dan sampi bitung  kami naik hingga ke tujuan masing-masing.

Sadar atau tidak
Petualangan kali ini begitu berkesan, banyak cerita yang menjengkelkan dan seru juga.. dan semua itu adalah petualangan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKAM PRABU KIAN SANTANG/SUNAN ROHMAT SUCI

CIHUNJURAN SALAKANAGARA DAN SITUS BATU GOONG BANTEN